Juara Dunia Golf Tiger Wood (kanan), selalu berdiskusikan dengan caddienya Steve Williams, kemana bola diarahkan. Photos: AP |
Masihkan, pegolf-pegolf
profesional mendatang tetap berasal dari caddie? Sebelum era 1990-an, caddie
masih mendominasi persaingan di tingkat golf pro, baik regional
maupun internasional. Kenapa hal itu kita pertanyakan? Karena kini, seiring dengan perkembangan nilai, peran caddie pria terus tergeser oleh enaga2 perempuan. Dari segi teknik, fisik dan
kesempatan, dalam mengembangkan kemampuan bermaik golf (khususnya di Indonesia. Red.), tak sebaik dan seinten
caddie-caddie pria. Malah sebaliknya, kini yang banyak muncul tuduhan-tuduhan miring atas
caddie perempuan. Namun, semua tergantung individu masing-masing mereka. Karena caddie perempuan yang baik dan benar-benar konsen atas profesinya juga banyak.
Menurut info yang saya terima, fee resmi caddie wanita, sekarang Rp100-200/jam (untuk main 18 hole diperlukan waktu 2 jam). Tapi, kalau lagi beruntung, melayani pemain yang baik dan murah hati, selain fee resmi dari Golf Coursenya, caddie wanita ini tak jarang memperoleh tip yang besarnya bervariatif, mulai Rp.500rb hingga Rp1juta.
Menurut info yang saya terima, fee resmi caddie wanita, sekarang Rp100-200/jam (untuk main 18 hole diperlukan waktu 2 jam). Tapi, kalau lagi beruntung, melayani pemain yang baik dan murah hati, selain fee resmi dari Golf Coursenya, caddie wanita ini tak jarang memperoleh tip yang besarnya bervariatif, mulai Rp.500rb hingga Rp1juta.
Era tahun 1970an, hampir di semua golf course Indonesia yang
saat itu belum banyak seperti sekarang, berhasil menelorkan pegolf-pegolf profesional tangguh,
yang kesemuanya dari caddie. Dari Surabaya, misalnya, ada nama-nama seperti
Gimin Suwirja, Buari, dan generasi berikutnya Ponari. Pada tahun-tahun itulah,
saya (penulis.Red.) yang sempat jadi caddie, sebelum jadi Kepala Caddie di Yani Golf Club (YGC)
Surabaya, ikut membina dua pegolf tersebut, sejak masih sangat junior. Saya
diserahi untuk mengawasi, jadwal latihan, serta pola makan mereka, yang sudah disesuaikan dan disusun
oleh Bidang Pembinaan YGC waktu itu, seorang dokter bernama Probo Hoesodo. Dari 12 caddie junior yang kita siapkan
itu, 60% berhasil menelorkan pegolf-pegolf profesional tangguh, di antaranya
Gimin dan Buari itu, yang berhasil melanglang ke berbagai kejuaraan golf
internasional, untuk peringkat dunianya.
Kini, setelah puluhan tahun saya tidak lagi ‘main-main’ ke padang golf, tidak tahu persis perkembangan golf Indonesia, terutama setelah fungsi
caddie pria digantikan oleh wanita ("Hallo apa kabar, teman-teman yang bermain, atau meliput cabor Golf...?"). Padahal, sesuai pengamatan saya, caddie pria selain bisa dijadikan adviser di lapangan, sekaligus sebagai teman diskusi dan tutorya, baik saat latihan, maupun dalam kejuaraan. Caddie yang hampir setiap hari meyusuri lapangan
golf sebanyak 18 hole, dengan jarak tempuh sekitar 6500 yard, (tiap hole memiliki panjang fairway rata-rata 350 yard), tentu sangat faham betul lika-liku dan karakter di
masing-masing hole.
Caddie, lebih tahu, apa yang harus dilakukan pemain, mulai dari tee box (pukulan pertama) hingga finishing game, termasuk bagaimana melakukan fairway shot, bunker shot (wilayah rintangan berbentuk
kubangan pasir putih) sekaligus petunjuk stic,k nomor berapa atau jenisnya.
Demikian juga saat finishing game di green, untuk melakukan putting. Caddie
paling hafal karakter dan kemiringan di masing-masing green, atau lapangan berumput halus itu. Kemana arah pukullan atau dorongan putter,
agar bola menggelinding melingkar masuk ke lubang (hole). Jadi, caddie bukan sekedar pembantu yang hanya membawakan bag stick yg
beratnya hampir 15kg itu, namun arah dan kecepatan anginpun menjadi perhitungan caddie untuk
memberitahukan kepada pemainnya.
Caddies Wanita Indonesia |
Caddies Wanita Vietnam |
Ditulis oleh: Sulaiman Sayid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar